BAB I
SIKLUS HIDROLOGI
A.
Pendahuluan
Dalam bab ini akan dipelajari,
pengertian dasar hidrologi, siklus hidrologi, sirkulasi air danneraca air, agar
mahasiswa dapat :
a.
Menjelaskan pengertian hidrologi dengan benar
b.
Menjelaskan dan menggambar siklus hidrologi dengan baik
dan benar.
c.
Menjelaskan tentang sifat-sifat air dengan benar.
d.
Menjelaskan hubungan antara sirkulasi air dan neraca air dengan baik.
- Penyajian
1.1.
Pengertian Hidrologi
Hidrologi termasuk salah satu cabang
ilmu geografi (ilmu bumi) dan sudah mulai
dikembangkan
oleh para filsuf kuno, antara lain dari Yunani, Romawi, Cina dan Mesir. Dimana
air dianggap sebagai bagian dari unsur utama bersama-sama dengan bumi, udara
dan api. Secara harafiah “hidrologi” berasal dari bahasa Yunani, yakni “hydro”
dan “loge”. Hydro berarti sesuatu yang berhubungan dengan air dan loge
berarti pengetahuan. Jadi hidrologi adalah ilmu pengetahuan yang secara khusus
mempelajari tentang kejadian, perputaran dan penyebaran air di atmosfir dan
permukaan bumi serta di bawah permukaan bumi. Secara luas hidrologi meliputi
pula berbagai bentuk air, termasuk transformasi antara keadaan cair, padat, dan
gas dalam atmosfir, di atas dan di bawah permukaan tanah. Di dalamnya tercakup
pula air laut yang merupakan sumber dan penyimpan air yang mengaktifkan
kehidupan di planet bumi ini.
Ruang lingkup hidrologi mencakup :
1.
pengukuran, mencatat, dan publikasi data dasar.
2.
deskripsi propertis, fenomena, dan distribusi air di daratan.
3.
analisa data untuk mengembangkan teori-teori pokok yang ada pada hidrologi.
4.
aplikasi teori-teori hidrologi untuk memecahkan masalah praktis.
Hidrologi
bukanlah ilmu yang berdiri sendiri, tetapi ada hubungan dengan ilmu lain,
seperti
meteorologi,
klimatologi, geologi, agronomi kehutanan, ilmu tanah, dan hidrolika.
Menurut
The International Association of Scientific Hydrology, hidrologi dapat dibagi
menjadi:
1.
Potamologi (Potamology), khusus mempelajari aliran permukaan (surface streams)
2.
Limnologi (Limnology), khusus mempelajari air danau
3.
Geohidrologi (Geohydrology), khusus mempelajari air yang ada di bawah permukaan
tanah
(mempelajari air tanah = groundwater)
4.
Kriologi (Cryology), khusus mempelajari es dan salju
5.
Hidrometeorologi (Hydrometeorology), khusus mempelajari problema-problema yang
ada
diantara hidrologi dan meteorologi.
Model
Sederhana Siklus Hidrologi
1.2.
Siklus Hidrologi
a)
Penguapan
Proses perubahan air menjadi uap air
disebut penguapan. Penguapan memerlukan energi panas, misalnya api kompor.
Penguapan di alam (penguapan air laut dan air yang ada di
daratan)
terjadi dengan bantuan energi panas dari sinar matahari.
Pada
penguapan air laut, garam yang terkandung dalam air laut tidak ikut diuapkan
(tetap
tertinggal
di laut). Jika uap air laut diembunkan akan diperoleh air tawar yang relatif
murni.
b)
Tingkat
Penguapan
Tingkat penguapan bergantung pada dua
faktor yang berbeda, yaitu:
• Suhu udara
• Besar kandungan uap air yang terdapat
di udara.
Semakin
tinggi suhu udara, semakin banyak uap air diserap oleh udara. Semakin kecil
persentase
uap air di udara, semakin banyak uap air dapat diserap udara.
Suhu
udara di padang pasir pada siang hari cukup tinggi, maka apa bila terdapat air
permukaan
akan
terjadi penguapan yang tinggi.
c)
Bentuk
Penguapan
Penguapan air dapat terjadi melalui
tumbuhan maupun permukaan bumi. Penguapan air melalui tumbuhan disebut
transpirasi.
Dengan
demikian terdapat dua bentuk penguapan air yang berbeda di alam:
• Penguapan di permukaan bumi (dari
lautan, daratan).
• Penguapan melalui tumbuhan (disebut transpirasi).
Gambar
1.1. Proses Penguapan
1.2. Tingkat Penguapan
Gambar 1.3. Bentuk Penguapan
d)
Kondensasi
Uap Air
Kondensasi merupakan proses kebalikan
dari penguapan. Kondensasi uap air berarti proses perubahan uap air menjadi
air (proses pengembunan).
Di
udara, kondensasi uap air terjadi jika:
• Udara yang sudah jenuh uap air
ditambah uap air atau zat lain
• Suhu udara yang jenuh uap air turun
Uap
air yang mengembun di udara membentuk tetes-tetes air yang sangat kecil dan
dapat
dilihat
sebagai awan di langit.
e)
Transportasi
oleh Angin
Udara yang mengandung uap air atau
awan dapat terbawa angin ke tempat lain. Oleh karena itu angin memiliki peran
penting dalam menentukan daerah dimana hujan akan terjadi.
f)
Hujan
Tetes-tetes air hasil kondensasi
terlalu kecil untuk dapat jatuh ke bumi, tetes-tetes air yang sangat kecil ini mungkin
akan menguap kembali.
Dengan
bantuan transportasi angin, maka dapat diperkirakan bahwa sampai satu juta
tetestetes
air
yang sangat kecil tadi akan bertumpuk dan membentuk satu tetes air yang lebih
besar.
Tetes-tetes
air besar inilah yang dapat jatuh sampai ke permukaan bumi sebagai tetesan
hujan.
Di
daerah iklim sedang dengan ketinggian tertentu, kristal-kristal es bertumpuk
dengan tetestetes
air
yang sangat kecil tadi dan membentuk satu gumpalan es. Gumpalan es ini akan
meleleh
pada waktu jatuh dan sampai ke bumi sebagai tetesan hujan.
Hujan
lebih banyak terjadi di daerah pegunungan dibandingkan dengan dataran rendah,
karena
suhu
udara jenuh uap air, akan mengalami penurunan suhu setelah dibawa oleh angin
dari
dataran
rendah ke pegunungan.
Besarnya
curah hujan di pegunungan ditambah dengan pepohonan yang lebat menyebabkan
ketersediaan
air bersih di pegunungan relatif banyak.
Gambar
1.4. Transportasi oleh Angin
Gambar
1.6. Air Hujan Peresapan Air
Air
hujan yang jatuh ke tanah tidak seluruhnya langsung mengalir sebagai air
permukaan, tetapi ada
yang terserap oleh tanah. Peresapan air ke dalam tanah pada umumnya terjadi
melalui dua tahapan,
yaitu infiltrasi dan perkolasi (gambar 2.10). Infiltrasi adalah gerakan
air menembus permukaan
tanah masuk ke dalam tanah. Perkolasi adalah proses penyaringan air melalui
pori-pori halus tanah sehingga air
bisa meresap ke dalam tanah. Kedalaman
air yang masuk ke tanah bergantung dari beberapa faktor, yaitu: jumlah air
hujan,
porositas
tanah, jumlah tumbuh-tumbuhan serta lapisan yang tidak dapat ditembus oleh air.
Air yang
tertahan oleh lapisan kedap air (misalnya batu) membentuk air tanah. Air
tersebut dapat dimanfaatkan
untuk kebutuhan sehari-hari.
Di daerah perkotaan yang padat
penduduknya peresapan air kecil sekali, karena sebagian besar lahan tanah
tertutup/dilapis aspal atau dibeton dan perumahan dibangun dimana-mana, sehingga luas tanah terbuka
semakin sempit sehingga semakin sedikit pula dapat menyerap air. Seharusnya beberapa tempat
di kota dibiarkan terbuka sebagai tanah resapan air hujan.
g)
Sumber-sumber
Air di Alam
Terbentuknya sumber - sumber air di
alam mengalami serangkaian proses. Air hujan jatuh ke tanah kemudian meresap ke
dalam tanah. Sampai di kedalaman tertentu, air tersebut tertahan oleh lapisan batu-batuan
(lapisan kedap air), yang membendung air sehingga tidak terus meresap ke bawah. Dari
celah-celah bebatuan tersebut dapat kita temukan sumber air yang jernih dan tidak tercemar.
h)
Air
Permukaan
Air permukaan adalah air yang
menggenang atau mengalir di permukaan tanah, misalnya danau, sungai dan
rawa-rawa. Sungai
merupakan pengumpulan dari tiga jenis limpasan, yaitu: limpasan permukaan,
limpasan di
bawah permukaan dan limpasan air tanah, yang akhirnya akan kembali ke laut.
Gambar
1.7. Infiltrasi dan Perkolasi
Gambar
1.8. Proses Terbentuknya Sumber-sumber Air di Alam
Gambar
1.9. Air Permukaan
1.3.
Daur Hidrologi
Siklus air atau daur hidrologi adalah
pola sirkulasi air dalam ekosistem.
Gerakan
air laut ke udara, kemudian jatuh ke permukaan tanah, dan akhirnya mengalir
ke
laut lagi disebut “Siklus Hidrologi” (CD. Soemarto, 1999) . Siklus ini
dapat dilukiskan secara skematik
seperti terlihat pada Gambar 1.10 dan 1.11.
Proses-proses
dalam Siklus Air, adalah sebagai berikut:
- Penguapan, yaitu proses
perubahan air menjadi uap air dengan bantuan energi panas
dari sinar
matahari
- Transpirasi, yaitu proses penguapan
air yang terjadi melalui tumbuhan
- Kondensasi, yaitu proses
perubahan uap air menjadi tetes-tetes air yang sangat kecil (pengembunan)
- Transportasi, yaitu proses
pengangkutan awan/uap air oleh angin menuju ke daerah
tertentu yang akan kejatuhan hujan
- Hujan, yaitu proses
jatuhnya tetes-tetes air “besar” (tumpukan tetes-tetes air kecil hasil kondensasi) sampai ke
permukaan bumi
- Infiltrasi, yaitu gerakan air
hujan menembus permukaan tanah kemudian masuk ke dalam tanah (Peresapan)
- Perkolasi, yaitu proses
penyaringan air melalui pori-pori halus tanah sehingga air dapatmeresap
dalam tanah (Peresapan)
- Aliran Air Dalam Tanah, yaitu air hujan yang
meresap ke dalam tanah dan mengalir di atas lapisan kedap air
sampai muncul kembali di permukaan tanah sebagai mata air, atau mengalir hingga ke
laut.
- Aliran Air Permukaan, yaitu air hujan yang
tidak meresap ke dalam tanah melainkan menggenang atau
mengalir di permukaan tanah.
Gambar 1.10. Siklus Air
Siklus hidrologi merupakan suatu
sistim yang tertutup, dalam arti bahwa pergerakan air pada sistim tersebut selalu
tetap berada di dalam sistimnya. Siklus hidrologi terdiri dari enam sub sistim yaitu :
- air di atmosfir
- aliran permukaan
- aliran bawah permukaan
- aliran air tanah
- aliran sungai/saluran terbuka
- air di lautan dan air genangan
Air di lautan dan genangan (danau,
rawa, waduk), oleh karena adanya radiasi mataharimaka air tersebut akan menguap
ke dalam atmosfir. Uap air akan berubah menjadi hujankarena proses pendinginan
(kondensasi). Sebagian air hujan yang jatuh di permukaan bumiakan
menjadi aliran permukaan. Aliran permukaan sebagian meresap ke dalam tanah
menjadi aliran
bawah permukaan melalui proses infiltrasi dan perkolasi, selebihnya akan
berkumpul di dalam
jaringan alur (sungai alam atau buatan) menjadi aliran sungai atau saluran
terbuka dan mengalir
kembali ke laut. Sebagian air hujan yang tertahan oleh tumbuh-tumbuhan
dansebagian lagi yang jatuh langsung ke dalam laut dan danau akan menguap
kembali ke atmosfir.
Sebagian dari air bawah permukaan
kembali ke atmosfir melalui proses penguapan dantranspirasi oleh tanaman dan
sebagian lagi menjadi aliran air tanah melalui proses perkolasi, dan mengalir ke lautan
.
1.4.
Sifat-Sifat Air
Air berubah ke dalam tiga bentuk/sifat
menurut waktu dan tempat, yakni air sebagai
bahan
padat, air sebagai cairan dan air sebagai uap seperti gas. Umumnya benda
menjadi keciljika suhu menjadi rendah. Tetapi air mempunyai volume yang minimum
pada suhu 4°C. Lebih rendah
dari 4°C, volume air itu menjadi agak besar. Pada pembekuan, volume es menjadi
1/11 kali
lebih besar dari volume air semula. Mengingat es mengambang di permukaan
air (karena es lebih ringan dari air), maka keseimbangan antara air dan
es dapat dipertahankan oleh pembekuan dan pencairan. Jika es lebih berat dari air, maka
es itu akan tenggelam ke dasar laut atau danau dan makin lama makin menumpuk yang akhirnya akan
menutupi seluruh dunia.
1.5.
Siklus dan Neraca Air
Proses sirkulasi air pada Gambar 1.2
merupakan hubungan antara aliran ke dalam
(inflow)
dan aliran ke luar (outflow) pada suatu daerah dalam periode waktu
tertentu. Hal ini
dapat
dikatakan atau disebut dengan “neraca air”.
Hubungan
Keseimbangan ini adalah sebagai berikut :
P
= D + E + G + M ...............................................................................
(1.1)
Dimana
:
P
= Presipitasi
D
= Debit
E
= Evaporasi
G
= Penambahan (supply) air ke tanah
M
= Penambahan kadar kelembababan tanah
Pengenalan
Istilah-Istilah
Hidrologi
a.
Presipitasi
Hujan (presipitasi) merupakan masukan
utama dari daur hidrologi dalam DAS. Dampak kegiatan pembangunan terhadap proses
hidrologi sangat dipengaruhi intensitas, lama berlangsungnya, dan lokasi hujan. Karena
itu perencana dan pengelola DAS harus memperhitungkan pola presipitasi dan sebaran
geografinya.
b.
Intersepsi
Hujan yang jatuh di atas tegakan pohon
sebagian akan melekat pada tajuk daun maupun batang, bagian ini disebut
tampungan/simpanan intersepsi yang akhirnya segera menguap. Besar kecilnya intersepsi
dipengaruhi oleh sifat hujan (terutama intensitas hujan dan lama hujan), kecepatan angin,
jenis pohon (kerapatan tajuk dan bentuk tajuk). Simpanan intersepsi pada hutan pinus di Italia
utara sekitar 30% dari hujan (Allewijn, 1990). Intersepsi tidak hanya terjadi pada tajuk daun
bagian atas saja, intersepsi juga terjadi pada seresah di bawah pohon. Intersepsi akan mengurangi
hujan yang menjadi run off.
c.
Throughfall,
Crown drip, Steamflow
Hujan yang jatuh di atas hutan ada
sebagian yang dapat jatuh langsung di lantai hutan melalui sela-sela tajuk, bagian
hujan ini disebut throughfall. Simpanan intersepsi ada batasnya, kelebihannya akan segera
tetes sebagai crown drip. Steamflow adalah aliran air hujan yang lewat batang, besar
kecilnya stemflow dipengaruhi oleh struktur batang dan kekasaran kulit batang pohon.
d.
Infiltrasi
dan Perkolasi
Proses berlangsungnya air masuk ke
permukaan tanah kita kenal dengan infiltrasi, sedang perkolasi adalah proses
bergeraknya air melalui profil tanah karena tenaga gravitasi. Laju infiltrasi dipengaruhi
tekstur dan struktur, kelengasan tanah, kadar materi tersuspensi dalam air juga waktu.
e.
Kelengasan
Tanah
Kelengasan tanah menyatakan jumlah air
yang tersimpan di antara pori-pori tanah. Kelengasan tanah sangat dinamis, hal
ini disebabkan oleh penguapan melalui permukaan tanah, transpirasi, dan
perkolasi. Pada saat kelengasan tanah dalam keadaan kondisi tinggi, infiltrasi
air hujan lebih
kecil daripada saat kelengasan tanah rendah. Kemampuan tanah menyimpan air tergantung dari porositas
tanah.
f.
Simpanan
Permukaan (Surface Storage)
Simpanan permukaan ini terjadi pada
depresi-depresi pada permukaan tanah, pada perakaran pepohonan atau di belakang
pohon-pohon yang tumbang. Simpanan permukaan menghambat atau menunda bagian hujan ini
mencapai limpasan permukaan dan memberi kesempatan bagi air untuk melakukan
infiltrasi dan evaporasi.
g.
Runoff
Runoff
Adalah bagian curahan hujan (curah
hujan dikurangi evapotranspirasi dan kehilangan air lainnya) yang mengalir
dalam air sungai karena gaya gravitasi; airnya berasal dari permukaan maupun dari subpermukaan
(sub surface). Runoff dapat dinyatakan sebagai tebal runoff, debit aliran (river discharge)
dan volume runoff.
Daftar
Pustaka
Soemarto,C.D.,1999,
Hidrologi Teknik , Erlangga, Jakarta
Sosrodarsono,
2003, Hidrologi untuk Pengairan, Departemen pekerjaan Umum dan Tenaga
Listrik.
Daftar
Istilah
Hidrologi
Siklus
hidrologi
Presipitasi
Atmosfir
Kondensasi
Inflow
Outflow
Neraca
Air
Debit
Evaporasi
Evapotranspirasi
BAB II
AIR TANAH
A. Pendahuluan
Dalam bab ini akan dipelajari
pengetahuan dasar tentang air tanah, keadaan air tanah,
pergerakan
air tanah, jenis air tanah, kerugian akibat pemanfaatan air tanah, konservasi
air tanah dan besarnya air yang keluar..
Tujuan yang hendak dicapai (TIK) pada
bab ini adalah mahasiswa akan dapat :
a.
Menjelaskan pengertian air tanah dengan benar.
b.
Menjelaskan kerugian akibat pemanfaatan air tanah dengan benar.
c.
Menjelaskan konservasi air tanah dengan baik
d.
Menganalisis kapasitas aliran air tanah berdasarkan contoh soal dengan benar.
B.
Penyajian
2.1.
Pengertian Air Tanah
Air tanah adalah air yang terkandung
dalam pori-pori atau retak-retak tanah/batuan di bawah permukaan tanah.
Aliran air tanah pada lapisan pembawa air tersebut mengalir dari tempat yang
mempunyai kedudukan lebih tinggi ke arah yang lebih rendah. Muka air tanah
bebas umumnya mengikuti kenampakan dari permukaan tanah (topografi).
Beberapa istilah tentang Air Tanah :
Ø Aquifer adalah suatu lapisan
tanah/formasi batuan pembawa air tanah. Lapisan tanah/batuan tersebut tersusun
sedemikian rupa sehingga dapat menyimpan air dalam jumlah yang signifikan.
Misalkan : lapisan pasir, kerikil, batu pasir, batu gamping yang mempunyai
rekah-rekah.
Ø Lapisan kedap air adalah formasi
batuan yang bisa menyimpan air tanah tetapi tidak dapat mengalirkan air tanah
dalam jumlah yang berarti. Misalkan : lempung, lumpur, fur halus.
Ø Aquifuge adalah formasi batuan kebal
air yang tidak mengandung dan mengalirkan air tanah. Misalkan : batu granit dan
batu beku.
Ø Hidrogeologi adalah ilmu yang
mempelajari tentang air tanah dan menekankan pada geologi.
Ø Geohidrologi adalah ilmu yang
mempelajari air tanah yang menekankan pada hidrologi.
2.1.1. Jenis Aquifer
Ada 2 jenis Aquifer :
a. Aquifer bebas (unconfined aquifer)
: terdapat pada bagian atas lapisan kedap dan disebut juga air tanah dangkal.
b. Aquifer tertekan (confined aquifer)
: lapisan yang biasanya terletak antara dua lapisan kedap air dan mempunyai
tekanan.
2.1.2. Hubungan Air di
Sungai dan Air Tanah
a. Muka air tanah dangkal lebih tinggi
daripada air sungai
b. Muka air tanah dangkal lebih rendah
daripada air sungai
c. Muka air tanah jauh dibawah dasar
sungai.
2.1.3. Zona-Zona Dalam Air
Tanah
Pada prinsip air di bawah permukaan
tanah terdapat 2 zona yakni :
a. Zona Aerasi (Zone of Aeration)
Zone ini tidak jenuh air, dimana
rekah-rekah tanah tidak seluruhnya terisi air tapi terisi udara. Dalam zone ini
terdapat sirkulasi antara air dan udara. Zone ini terbagi dalam 3 zone yakni :
Ø Soil water zone : zone ini tidak jenuh kecuali
mendapat air hujan/ irigasi dan merupakan zone perakaran.
Ø Intermediate Zone : terletak di bawah soil water zone
dan di atas zone kapiler.
Ø Capilary Zone : terletak di atas water table. Kenaikan
air terjadi secara kapiler (gaya kohesi).
b. Zone Jenuh Air (Zone of Saturation)
Terletak di bawah zone of aeration yang
dilalui oleh water table dan lapisan ini menunjukkan adanya tekanan
udara. Air dalam zone inilah yang dinamakan air tanah.
2.1.4. Mata Air
Mata air adalah aliran air tanah yang
terkonsentrasi dan keluar / muncul di permukaan tanah. Bentuk lain keluarnya
air tanah ke permukaan sebagai aliran tetapi tidak terkonsentrasi disebut
rembesan. Air tanah juga muncul disebabkan adanya permukaan tanah yang
terpotong secara tiba-tiba yang mungkin disebabkan gempa tektonik.
a. Mata Air dibedakan Menurut
Konstansinya :
Ø Parrenial Spring : apabila debit mengalir sepanjang
tahun.
Ø Intermitten Spring : apabila aliran
debit tidak sepanjang tahun. Pada musim hujan air muncul karena adanya imbuhan
(recharge) sehingga water table naik.
Ø Periodic Spring : mata air jenis ini
sangat terpengaruh hujan. Apabila hujan turun sesaat kemudian air mengalir dan
selanjutnya debit mata air mengecil bahkan tidak mengalir lagi. Di dalam
pengembangan pengelolaan mata air maka perlu diteliti apakah jenis kontansi debit airnya termasuk diantaranya.
b. Klasifikasi Mata Air menurut
Terbentuknya/Kejadiannya
Ø Mata air yang mengalir dari formasi permeable
tipis
Ø Mata air yang terbentuk oleh karena
muka air tanah (water table) berpotongan dengan permukaan tanah (depression
spring). Mata air ini mengalir pada lapisan permeable tebal.
Ø Mata air yang terbentuk karena
patahan/retakan formasi pada bidang pelapisan dari permeable dan impermeable.
Muncul keluar sebagai mata air artesis.
Ø Mata air yang terbentuk dan mengalir
dari saluran/pipa yang terbentuk dan mengalir dari saluran yang terbentuk dari
rekahan pada batuan impermeable.
Ø Mata air yang muncul dan mengalir
melalui saluran / pipa alam yang terbentuk oleh lava.
c. Pengukuran Potensi Mata Air
Pemanfaatan air tanah yang muncul
sebagai mata air ini dapat dimanfaatkan untuk air minum, pertanian, perikanan
maupun industri. Perlu diperhatikan dalam hal kualitas karena mineral air tanah
lebih pekat daripada air permukaan.
Ø Volumetri yaitu pengukuran debit
berdasarkan jumlah volume per satuan waktu. Biasanya debit yang diukur kecil,
aliran mengucur dari tebing dan ditampung di ember dan diukur waktunya.
Ø Pelampung : pengukuran ini pada aliran
dan yang diukur adalah kecepatan permukaan. Sehingga kalau mencari debit aliran
dicari dahulu kecepatan ratarata.
Ø Currentmeter : alat ini untuk mengukur
arus/kecepatan pada kedalaman yang bisa diatur.
2.2. Kerugian Akibat
Pemanfaatan Air Tanah
Air tanah merupakan satu bagian dalam
proses sirkulasi alamaiah. Jika pemanfaatan air tanah yang berlebihan akan
mengurangi volume air tanah yang ada. Berkurangnya volume air tanah akan
kelihatan dalam bentuk penurunan permukaan air tanah atau penurunan tekanan air
secara terus menerus. Penurunan permukaan air tanah atau tekanan air tanah
secara terus menerus dapat mengakibatkan penurunan tanah dan penerobosan air
asin ke dalam air tanah (intrusi air laut). Akan tetapi penurunan tanah atau
penerobosan air asin tidak seluruhnya diakibatkan oleh pemompaan yang
berlebihan. Kejadian ini mempunyai hubungan dengan kondisi geologi di daerah
air tanah dan jenis air tanah itu.
Penurunan tanah terjadi karena
penurunan tekanan air tanah dalam aquifer mengakibatkan air yang berada dalam
lapisan lempung di bawah dan di atas itu diperas. Sebab-sebab uatama yang
mengakibatkan penurunan tanah adalah :
a. Adanya lapisan atas dan bawah dari
aquifer yang menderita penurunan oleh konsolidasi karena air yang diperas
keluar (contoh lapisan lempung lemah).
b. Besarnya penurunan permukaan air tanah
harus cukup besar dan cukup lama sehingga dapat mengakibatkan penurunan
konsolidasi lapisan-lapisan atas dan bawah aquifer.
Sebab-sebab
utama terjadinya penerobosan air asin :
Ø Aquifer itu berhubungan dengan air
laut,
Ø Besarnya penurunan permukaan air harus
cukup besar sehingga dapat mengakibatkan penerobosan air asin.
2.3. Konservasi Air Tanah
a. Teknik untuk penentuan besarnya
pemanfaatan yang sesuai Untuk kepentingan pengawetan air tanah, maka perlu
diketahui besarnya pemanfaatan yang sesuai dengan pemompaan air tanah. Untuk
itu disarankan :
Ø Dibuat perhitungan neraca air untuk
air tanah itu dan ditentukan besarnya pemanfaatan air tanah yang sesuai dengan
besarnya sirkulasi air tanah berdasarkan hasil perhitungan neraca air. Juga
diperkirakan pengaruh yang terjadi jika diadakan pemompaan lebih.
Ø Di daerah pemanfaatan air tanah yang
utama, dipasang sistem pengamatan permukaan air tanah.
b. Pengisian kembali secara buatan. Untuk
mempertinggi besarnya pemanfaatan air tanah, maka kapasitas pengisian kembali
air tanah itu harus diperbesar secara buatan. Ada beberapa cara pengisian
kembali air tanah secara buatan yakni cara penyebaran dan cara pengisian
melalui sumur dan kombinasi cara-cara tersebut.
2.4. Besarnya Air yang
Keluar
Air tanah dapat diambil melalui sumur
atau serambi infiltrasi. Permukaan di daerah
sekeliling
dapat diturunkan dengan menurunkan permukaan air pada tempat-tempat
pengambilan
ini.
Daftar
Pustaka
Didik
Kresnohadi, 2004, Sumber Daya Air, Kupang
Soemarto,C.D,
1999, Hidrologi Teknik, Erlangga, Jakarta
Daftar Istilah
Aquifer
Aquifuge
Hidrogeologi
Geohidrologi
Pervious
Impervious
Currentmeter
Intrusi